Aktifitas Gunung Bromo
Aktifitas Gunung Bromo. Gunung Bromo mengeluarkan asap sulfatara, terlihat dari Cemorolawang, Desa Ngadisari, Sukapura, Probolinggo. Gunung Bromo dinyatakan berstatus awas oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sejak Selasa (23/11/2010) pukul 15.30 WIB
Gunung Bromo di Jawa Timur mengalami peningkatan aktivitas vulkanik. Namun, hingga kini gunung setinggi 2.392 meter di atas permukaan laut (MDPL) itu masih berstatus waspada. Pengunjung diminta menjauhi kawah gunung itu radius 1 kilometer.
"Amplitudo tremornya membesar dari biasanya, tetapi status gunung tetap waspada," kata petugas jaga pos pemantau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Gunung Bromo, M Safi'i di Malang, Jawa Timur, Selasa (29/4/2014).
Berdasarkan data PVMBG di Cemoro Lawang, kenaikan aktivitas Bromo terekam sejak Sabtu 26 April 2014 lalu. Getaran terus-menerus atau tremor Gunung Bromo, amplitudo maksimal (amak) antara 5-10 milimeter. Jumlah ini melebihi getaran amplitudo maksimal yang biasanya hanya sebesar 0,5–1 milimeter.
Syafi'i menyatakan, peningkatan gempa tremor di Gunung Bromo tidak terkait peningkatan aktivitas gunung manapun, termasuk Gunung Slamet. Hal yang terjadi di Gunung Bromo ini murni merupakan aktivitas gunung tersebut.
"Gunung Bromo ya Bromo, Slamet ya Slamet. Tidak ada kaitannya,"
Tetap Waspada
Meski Gunung Bromo tidak ditutup dari aktivitas wisata, namun pengunjung tetap diminta untuk meningkatkan kewaspadaan. Mereka juga harus mematuhi larangan yang telah ditetapkan untuk tak mendekati kawah Bromo hingga radius 1 kilometer.
"Pengunjung harus lebih waspada dan dilarang mendekat ke bibir kawah Gunung Bromo," ucap Safi’i.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS), Ayu Dewi Utari, mengatakan status gunung hingga kini tetap waspada meski terjadi peningkatan aktivitas vulkanik.